Kamis, 15 Maret 2012

Perilaku Konsumen


NAMA                          OLOAN JM CLEAN HARD. S
NPM                              15110280
KELAS                          2 KA 30
MATA KULIAH           TEORI ORGANISASI UMUM 2



Pemahaman akan perilaku konsumen adalah yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Pembelian yang baik juga perlu menjadi perhatian untuk organisasi-organisasi non profit dan pemerintah. Berbagai tekanan yang berkaitan dengan kurangnya dana yang tersedia dan besarnya biaya, mendorong organisasi-organisasi tersebut untuk beroperasi seefisien mungkin dengan biaya seminimum mungkin.



Perkembanagan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini sangat pesat dan membawa banyak dampak positif terutama bagi industri-industri yang berbasis teknologi. Dengan adanya kemajuan teknologi yang pesat, maka produksi yang dihasilkanpun semakin meningkat. Akan tetapi hal ini tidak berlaku bagi industri media masa. Data Asosiasi Penerbit Surat kabar Sedunia (World Association of Newspapers, bermarkas di Paris), untuk kurun waktu 1995-2003, misalnya, menunjukkan jumlah total tiras surat kabar mengalami penyusutan sebesar 2% di Jepang, 3% di Eropa, dan 5% di Amerika. Dengan kondisi yang serba suram ini, tidak mengherankan apabila terjadi juga penyusutan pendapatan. Perusahaan penerbit salah satu surat kabar paling berpengaruh di dunia, The New York Times, tahun 2007 ini mengalami penurunan pendapatan sebesar 39% dibandingkan tahun lalu Gunawan, (2007).



                Pada saat yang bersamaan dengan penurunan pendapatan yang dialami sejumlah perusahaan penerbit surat kabar besar ini, peningkatan keuntungan luar biasa justru tengah dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang berbasis teknologi informasi baru. Google, misalnya, membukukan kenaikan keuntungan sebesar lebih dari 90% dibandingkan tahun sebelumnya. Jelaslah bahwa ada korelasi langsung antara penurunan jumlah tiras surat kabar, dengan kehadiran Internet.  Ini juga yang kemudian memicu berbagai gelombang perubahan yang dilakukan oleh para pengelola surat kabar sebagai wujud respons terhadap perubahan perilaku konsumen tadi. Ada tiga hal utama yang kini gencar dilakukan para pengelola surat kabar. Pertama, ikut terjun dalam menyediakan informasi lewat Internet (surat kabar edisi online). Dua yang lainnya adalah melakukan perubahan format dan menyediakan surat kabar gratis.

Indonesia tentu saja tak dapat menghindar dari fenomena penurunan tiras surat kabar yang telah menjadi isu global tadi. Salah satu hasil survei AC Nielsen , menunjukkan hampir semua surat kabar di Indonesia mengalami penurunan dari segi jumlah pembaca. Beberapa surat kabar utama mengalami penurunan antara 20-44%. Situasi seperti ini pula yang telah memicu perubahan strategi sejumlah surat kabar Indonesia untuk mencoba menghindarkan diri dari keterpurukan lebih jauh Gunawan, (2007).

Sejauh ini dua dari tiga strategi yang disebutkan barusan telah diterapkan oleh para pengelola surat kabar di Indonesia, yaitu menyediakan versi online di Internet, dan mengubah format. Dari dua strategi ini, perubahan format akan lebih memberikan dampak langsung yang signifikan kepada pembaca dibandingkan dengan strategi penetrasi lewat Internet. Alasannya jelas, karena penetrasi Internet di Indonesia masih sangat rendah, sehingga jumlah mereka yang mengakses informasi lewat internet masih lebih rendah dibandingkan mereka yang membaca surat kabar dalam versi cetaknya. Sejumlah surat kabar utama Indonesia sudah melakukan langkah perubahan format, mulai dari Surat kabar Tempo, Rakyat Merdeka, Kompas, Bisnis Indonesia, hingga Pikiran Rakyat. Sejauh ini belum ada survei komprehensif yang mencoba melihat lebih dalam apakah perubahan format ini memberikan dampak positif yang signifikan. Namun jika dilihat sepintas, agaknya hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Salah satu contohnya yakni Surat kabar kompas, surat kabar paling berpengaruh ini mengubah formatnya sehingga tampak lebih ringkas, baik dari segi ukuran maupun dari cara mengemas isinya. Jika merujuk hasil survei AC Nielsen yang disebut di atas, Kompas termasuk di antara surat kabar yang mengalami penurunan pembaca, meskipun dalam angka yang tidak terlampau mengkhawatirkan (kurang dari 1%).  Dampak perkembangan teknologi yang demikian pesat terjadi, belum berdampak besar khususnya bagi daerah-daerah. Salah satu daerah yang belum terkena dampak yang besar akan kemajuan teknologi, khususnya internet yaitu Sulawesi Utara. Disaat munculnya berbagai alternatif berita lain seperti radio, majalah, TV , dan internet, surat kabar tetap merupakan sumber berita yang masih tetap digunakan oleh masyarakat Sulawesi utara, hal ini dikarenakan surat kabar mempunyai nilai yang tidak dapat digantikan oleh berbagai jenis media cetak dan elektronik lainnya.



Bila memperhatikan surat kabar, maka secara langsung  akan mendapatkan berbagai cerita, artikel, gambar ataupun foto yang berhubungan dengan sains. Berbagai hal ini adalah sumber belajar yang sangat berharga untuk pengajaran dan pembelajaran, namun juga relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih penting lagi, hal ini dapat digunakan untuk mengilustrasikan ide-ide dan mengembangkan keahlian yang sangat berharga dalam pendidikan sebagai warga masyarakat. Berbagai berita dan isu yang terdapat di masyarakat jelas sekali mempunyai dimensi sains di dalamnya, misalnya, kasus bencana alam, flu burung, bencana lumpur lapindo, pencarian pesawat Adam Air yang hilang dan lain sebagainya. Bagi kebanyakan orang, media cetak seperti surat kabar sebagai sumber informasi utama berbagai masalah sosial dan saintifik ini. Perilaku konsumen menyangkut masalah keputusan yang diambil seseorang dalam persaingannya dan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Pemasar dapat mempelajari apa yang dibeli konsumen untuk mencari jawaban atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah,  jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen.
       
                  Pengertian perilaku konsumen seperti diungkapkan oleh Mowen, (2002) yaitu studi tentang unit pembelian (buying unit)  dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide”. Selanjutnya Swastha dan Handoko, (2000) mengatakan: perilaku konsumen (consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.


                  Dari pengertian di atas maka pengertian prilakun konsumen dapat disimpulkan yaitu perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh  konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. Dalam memahami perilaku konsumen perlu dipahami siapa konsumen, sebab dalam suatu lingkungan yang berbeda akan memiliki penelitian, kebutuhan,  pendapat, sikap dan selera yang berbeda. Selain proses terjadinya keputusan pembelian, wacana lain tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah penting bagi pemasar.  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi, sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya.  Menurut Berkowitz, (2000)  Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor situasional, psikologis, marketing mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Sedangkan faktor sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas, sosial dan budaya.
       
                Menurut Kotler, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah kebudayaan, faktor sosial, pribadi, psikologis. Sebagian faktor-faktor tersebut tidak diperhatikan oleh pemasar tetapi sebenarnya harus diperhitungkan untuk mengetahui seberapa jauh faktor-faktor perilaku konsumen tersebut mempengaruhi pembelian konsumen”

                   Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.

Sumber :
http://dhanidhani.wordpress.com/2012/01/06/pembelian-softskill/
http://ferdyviper.wordpress.com/2011/05/19/teori-perilaku-konsumen/
file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/teori-perilaku-konsumen-22.doc
file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/prilaku%20konsumen.doc

0 komentar: