Rabu, 25 Juli 2012

Banyak Cara Untuk Melakukan "GO GREEN"



 

               
Pernah mendengar istilah ‘Go green’  atau melihatnya tercetak di beberapa baliho di sudut jalan ?  Atau bahkan melihatnya tercetak di kaos seseorang ? Kebanyakan dari kita mungkin akan mengiyakan pertanyaan tersebut. Meskipun salah satu di antara kita mungkin melihat tulisan go green pada tempat dan kondisi yang lain.
Istilah go green beberapa tahun terakhir memang mulai marak dicantol dan berhasil bersenyawa dengan beberapa sendi penting dalam kehidupan kita. Sebut saja ilmu pengetahuan yang menjelma menjadi Green Science atau bidang ekonomi yang tak mau kalah dengan konsep terbarunya, Green Economy.

Tentu ketenaran konsep go green belum finish sampai di situ.  Ruh go green juga merasuki bidang-bidang lain. Contoh yang paling santer saat ini adalah Universitas Indonesia yang bervisi menjadi ikon Green Campus di negara kita. Pun termasuk teknologi berbasis ramah lingkungan saat ini yang dengan bangga memperkenalkan diri sebagai Green Technology. Bahkan remaja di Indonesia pun ikut menyemarakkan euforia go green tersebut dengan membentuk Green Community (komunitas hijau), seolah-olah go green tersebut memang hak bagi apa dan siapa saja. Tak perlu izin atau membayar royalti. Asalkan pro terhadap lingkungan kata go green sudah menjadi barang halal untuk dicantol. 

           Sekilas, fenomena go green memang terkesan dipaksakan. Namun mengingat masalah lingkungan yang saat ini mulai mengancam kehidupan manusia, tidaklah berlebihan jika penerapan konsep go green memang harus mengalami akselerasi serta penggalakan secara intensif. Sebab, masalah lingkungan suatu saat bisa berubah menjadi seranganblitzkrieg1 seperti yang dituturkan oleh Paul Martin, seorang peneliti lingkungan sekaligus paleontolog berkebangsaan Kanada. Memang permasalahan lingkungan saat ini sudah mulai berubah dari peringatan menjadi ancaman. Dimana pemanasan global adalah salah satu ancaman pamungkasnya.
         Permasalahan lingkungan saat ini pun mendera hampir semua negara di dunia, pun termasuk Indonesia. Meski dikenal sebagai negara yang hijau –dari sisi ketampakan alam- ternyata Indonesia menyimpan begitu banyak masalah lingkungan. Mulai dari permasalahan polusi udara, limbah, deforestasi, eutrofikasi, sampah, hingga permasalahan zat kimia pertanian. Dan semuanya masih sangat memprihatinkan.
          Berdasarkan salah satu satu hasil studi lingkungan, Indonesia menggondol gelar sebagai negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. Termasuk World Bank yang menempatkan Jakarta sebagai salah satu negara dengan kadar polutan udara tertinggi setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City. Tentu gelar memalukan ini tak hanya seputar citra negara belaka, namun juga tentang dampaknya yang sangat merugikan. Mulai dari kerugian finansial -karena penanggulangannya yang menyita biaya yang sangat besar- hingga berbagai macam penyakit yang mengancam masyarakat karena dipicu oleh buruknya kualitas udara. Serta berbagai keburukan lain yang tak kalah merugikan.

Emisi: Asap dari industri pabrik menjadi salah satu penyebab buruknya kualitas udara di Indonesia. Berdasarkan data dari LIPI, pada tahun 2003 total emisi CO2 dari industri pabrik mencapai 141 ton.
 
             
         Mungkin beberapa di antara kita akan spontan bertanya. “Apa gunanya konsep go greenyang selama ini disorak-sorakkan ? Diamana dia ?” Terlepas dari debutnya yang terbilang baru, kemampuan konsep go green untuk menjawab permasalahan lingkungan di Indonesia memang mulai dipertanyakan. Namun secara konsep tentu tidak menjadi pertanyaan, sebab subtansi konsep go green betul-betul dirancang untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Namun penerapannya yang mungkin masih menjadi pertanyaan besar. 

        Meskipun santer tersiar kabar yang mengatakan bahwa konsep go green telah dimanfaatkan oleh kepentingan golongan politik tertentu. Nyatanya konsep go green memang tak bisa berbuat banyak. Go green belum menampakkan hasil yang memuaskan. Mengapa ???? Karena go green belum menjadi aksi. Go green masih sebatas konsep, belum diterapkan sepenuhnya. Hanya sebuah nama yang harum dan eksklusif di baliho dan kaos oblong saja.

Dan salah satu penyebab mengapa penerapan konsep tersebut belum maksimal adalah karena sebagian orang saja yang memahami bagaimana penerapannya, semisal praktisi lingkungan atau akademisi lingkungan saja. Sehingga, hanya sedikit yang peduli terhadap lingkungan. Dan yang terjadi kemudian adalah ketimpangan. Menyelesaikan permasalahan lingkungan yang begitu kompleks dengan tenaga yang sedikit tentu menjadi sebuah kemustahilan. Butuh partisipasi dari masyarakat agar penyelesainnya menjadi nyata. Namun yang menjadi kendala, pengetahuan masyarakat mengenai lingkungan masih sangat terbatas. Mengajari semua masyarakat dengan menyuluh dari desa ke desa misalnya, tentu memakan waktu yang ekstra lama. Sedang masalah lingkungan tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

  Mungkin banyak dari kita yang akan mengatakan: “Kan ada di internet ? Masyarakat hanya perlu searching, lalu menerapkannya. Begitu aja susah ??? Namun kenyatannya saat ini tidak semua masyarakat memiliki motivasi untuk melakukannya, meskipun internet telah masuk ke desa. Bahkan di kota besar sekalipun di mana warung internet telah berdiri di mana-mana, tidak semua masyarakat yang mau menyempatkan waktu mencari info seputar lingkungan.

 “Mengapa demikian, padahal melestarikan lingkungan kan demi kebaikan kita bersama ????”  Jawabannya adalah karena konsep go green belum menjadi tren bagi semua lapisan masyarakat, meskipun mendatangkan kebaikan sekalipun. Apalagi masyarakat Indonesia saat ini cenderung lebih senang mengikuti sebuah tren, meskipun secara subtansial tidak begitu menguntungkan, namun jika telah menjadi tren, tetap dilakukan dan diikuti. Tren saat ini menjadi kebutuhan dan panggilan jiwa kebanyakan orang. Lalu ??? Yang harus kita lakukan agar konsep go green dapat diterima oleh masyarakat adalah membuatnya menjadi sebuah tren yang booming.


Digitals Go Green

Kita tentu masih ingat mengenai tren lagu India yang tiba-tiba meledak di pasaran karena video salah seorang anggota kepolisian yang beredar di internet. Atau tren boy banddan girl band Korea yang masih hangat hingga saat ini. Kita mesti bertanya, apa yang membuatnya menjadi tren ??? 

Sadar atau tidak, yang membuat lagu India atau boy/girl band  Korea menjadi tren yang begitu booming adalah karena peran teknologi digital. Mulai dari internet hingga video membuatnya tersebar begitu cepat sehingga semua masyarakat mendapat kesempatan yang sama untuk mengonsumsi wacana tersebut. Sehingga tren pun tak bisa dihindari. Beramai-ramailah masyarakat mendendangkan lagu india dan lagu-lagu korea, mulai anak-anak hingga orang dewasa. Sampai-sampai banyak remaja Indonesia yang membentuk boy banddan girl band.
 
Begitulah rentetan reaksi jika sesuatu telah menjadi tren. Apalagi keberadaan teknologi digital saat ini mampu menjadi katalisator penyampaian informasi. Sehingga setiap masyarakat mendapat kejelasan tentang sesuatau secara menyeluruh. Dengan teknologi digital, penyebarluasan tentang sesuatu akan menjadi lebih mudah.

Melihat peran yang dimainkan oleh teknologi digital dalam penyebarluasan informasi dan pengetahuan yang begitu deras. Tidaklah salah jika, kita juga dapat memanfaatkan teknologi digital untuk membuat konsep go green menjadi tren agar masyarakat memiliki motivasi lebih untuk memahami penerapan konsep tersebut.  

Lalu jika memang teknologi digital dapat digarap untuk membuat konsep green menjadi sebuah tren. Apakah teknologi digital juga perlu menyematkan kata go green ??? Tentu saja. Mengapa tidak ? Kita dapat menggagas strategi baru yang bernama Digitals go green. Yakni sebuah konsep pemanfaatan teknologi digital yang berbasis informasi dan pengetahuan tentang lingkungan. Agar keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan dapat terpenuhi. Sehingga dengan digitals go green, konsep go green akan menjadi sebuah tren. Dan pada akhirnya, masyarakat akan beramai-ramai menerapkan konsep go green sehingga partisipasi masyarakat akan memperkuat penerapan konsep go green.

Kampanye: Konsep digital go green bisa menjadi salah satu solusi tepat untuk mengampanyekan tentang lingkungan.


Lalu bagaimana konsep digitals go green digarap ??? Bagaimana bentuk nyata dari penerapan konsep tersebut ??? Dan teknologi digital seperti apa yang akan menjadi ujung tombaknya ???


            Green SMS

            Salah satu teknologi digital yang dapat digunakan untuk mendukung digitals go greenadalah  short message service (SMS). Dengan jumlah pengguna telefon seluler mencapai 240 juta (Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia), jumlah SMS yang terkirim sepanjang tahun 2011 di Indonesia mencapai 260 miliar. Dengan jumlah begitu banyak,  SMS dapat menjadi alat untuk mengampanyekan konsep go green. Yakni SMS yang berisi tentang informasi atau pengetahuan singkat seputar lingkungan (green SMS). Bayangkan jika sepersepuluh saja dari jumlah total SMS tersebut yang mengampanyekan tentang lingkungan, berarti ada sekitar 26 miliar SMS yang terkirim sepanjang tahun atau sekitar 71 juta SMS tentang lingkungan setiap harinya. Tentu informasi tersebut akan sangat berguna bagi masyarakat yang belum paham sama sekali terhadap informasi tersebut.

Lalu, informasi seperti apa saja yang bisa dikampanyekan melalui SMS ???

Dengan berkembangnya akses informasi saat ini, sangat banyak informasi yang dapat dimuat oleh green SMS. Misalnya informasi pendek tentang kelebihan bersepeda atau bahaya menggunakan styrofoam.

Contoh SMS-nya sebagai berikut:

“Dengan bersepeda menuju kampus atau tempat kerja di pagi hari akan meningkatkan kerja jantung dan menguatkan konsentrasi belajar. Selain itu, bersepeda juga akan mengurangi emisi karbon karena asap kendaraan bermotor. Ayo . . . galakkan bike to work.”

Rutin: Dengan SMS tentang kelebihan bersepeda, akan banyak orang yang tahu dan mengaplikasikan bersepeda secara rutin. Ini tentu akan sangat membantu mengurangi emisi karbon karena kendaraan bermotor.
Atau,

         “Penggunaan styrofoam dalam jangka panjang akan menyebabkan beberapa gangguan terhadap tubuh karena residu kimiawi berbahaya yang dikandung oleh styrofoam serta akan mencemari lingkungan karena sulit terurai. Lebih baik menggunakan pembungkus alami seperti daun pisang. Stop penggunaan stryrofoam kawan !”
Alami: Dengan SMS kita dapat mengampanyekan kebaikan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan yang alami dibanding styrofoam yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan.
 

Bayangkan jika green SMS menjadi tren, tentu penyebarluasan tentang konsep go green akan begitu gesit nan pesat. Terlebih jika SMS seperti demikian dibaca oleh siswa SD -saat ini telah banyak siswa sekolah dasar yang telah memliki handphone- tentu green SMS akan membantu membentuk karakter  yang peduli lingkungan mulai dari anak-anak. Terlebih jika pesan tersebut juga diberitahukan kepada anggota keluarganya. Berarti satu SMS dapat membuat satu kepala keluarga menjadi paham tentang informasi tentang lingkungan.

 Mungkin pada awalnya hanya ada sejumput orang yang menggalakkan green SMS. Tapi jika rutin digalakkan, bukan tidak mungkin akan memicu banyak orang lainnya sehingga greenSMS akan menjadi tren.


Green Facebook 

Sebagai salah satu jejaring sosial (social network) yang megabesar saat ini, facebook juga dapat menjadi salah satu ‘kendaraan’ yang memuat tentang lingkungan (green facebook). Apalagi jumlah pengguna jejaring sosial gagasan mahasiswa Harvard University tersebut sangat melimpah. Di Indonesia saja, jumlah penggunanya mencapai 43,06 juta, dan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengguna facebook terbesar ke-3 di dunia (socialbakers.com). 

Dengan demikian, jika setiap hari satu kali saja dari masing-masing pengguna facebook meng-update status tentang lingkungan berarti akan ada informasi atau pengetahuan tentang lingkungan sebanyak 43 juta. Apa lagi, status facebook memiliki kelebihan dibanding SMS, yakni dapat menambahkan foto ataupun video sehingga informasi yang disampaikan akan lebih menarik. Ditambah lagi kapasitas karakter yang dimiliki facebook lebih besar, sehingga muatan informasi yang dapat disampaikan pun lebih luas. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut:

“Anda dapat menhijaukan taman rumah anda meskipun dengan lahan yang sempit. Bahkan kos-kosan mahasiswa yang hanya memiliki teras sekalipun dapat dihijaukan, yakni dengan menggunakan metode vertikultur. Yakni sebuah metode penanaman dengan menggunakan media vertikal. Anda dapat menggunakan drum bekas, bambu, ataupun pipa bekas. Caranya sangat mudah yakni dengan mengisi wadah tadi dengan tanah lalu sisi samping wadah dibuat lubang lalu ditanami dengan berbagai macam tanaman. Misalnya, daun sop, bawang prei, kemangi, bunga, dll. Ini saya sertakan contoh gambarnya.”   

Drum: Salah satu contoh tanaman vertikultur yang menggunakan drum bekas sebagai wadah.

Bambu: Tanaman vertikultur yang memanfaatkan bambu sebagai wadah.
  
Atau,

     “Ingin memiliki tanaman buah namun terkendala lahan yang sempit ???? Tabulampot (tanaman buah dalam pot) adalah solusinya. Dengan cara ini, anda dapat menanam tanaman buah tertentu seperti jeruk, jambu, ataupun anggur menggunakan pot. Kini benih atau bibit tanaman tabulampot telah banyak dijual dipasaran, bahkan dilengkapi dengan pupuknya. Dengan cara ini, kita dapat memanen buah di rumah sekaligus mendukung kampanye go green. Lihat gambarnya !”

Panen: Salah satu tanaman jambu tabulampot. Dengan cara ini, kita dapat memanen buah di pekarangan.

         Green Blog
   
            Salah satu tren dunia digital saat ini adalah blog. Media yang mampu menampung lebih banyak data berupa tulisan, foto serta video ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2011, jumlah blog di Indonesia mencapai 4 juta blog. Selain itu, kini telah banyak komunitas blogger yang terbentuk di Indonesia, sebut sajaKomunitas Ngawur dan Blogger Nusantara. Bahkan pengguna blog atau blogger saat ini tidak hanya orang dewasa, bahkan saat ini seorang siswa sekolah dasar pun ada yang telah memliki blog.


Pesat: Grafik perkembangan jumlah blog di Indonesia yang sangat pesat. Bahkan setiap 7,5 detik ada sebuah blog yang berhasil dibuat di Indonesia.

  
Dengan perkembangan yang begitu pesat serta dengan kemampuan blog untuk menampung begitu banyak data, tentu blog menjadi ‘ladang’ yang sangat potensial dalam mengampanyekan tentang lingkungan. Jadi dengan menggagas green blog, muatan informasi menjadi lebih luas serta menjadi lebih kuat dalam memaparkan tentang lingkungan. Sehingga keterbatasan green SMS ataupun green facebook dapat dibayar tuntas dengan menggunakan blog.

Apa saja yang bisa dikampanyekan tentang lingkungan dengan blog ???? Sangat banyak tentunya, termasuk gagasan yang membutuhkan pemaparan yang lebih panjang. 

Berikut contohnya:

1.  Greenpreneurship

Greenpreneurship adalah salah satu contoh bentuk peduli lingkungan yang berbasis bisnis yang ramah lingkungan. Dengan blog, contoh-contoh bisnis ramah lingkungan dapat disebarluaskan meskipun dengan pemaparan yang cukup panjang, sebab keterbatasanspace tak berlaku di blog. Salah satu contonya adalah bisnis cinderamata dari limbah yang tentu membutuhkan banyak ruang untuk pemaparannya.


Kreatif: Salah satu produk yang memanfaatkan limbah. Dengan kerativitas, limbah dapat disulap menjadi produk yang menarik hati.

 
2.  Ekowisata

Mengampanyekan wisata yang eco friendly (ramah lingkungan) atau ekowisata memang sangat cocok menggunakan blog. Hal tersebut karena blog ditunjang dengan kemampuan mem-publish beberapa gambar. Sehingga, mata para pengunjung blog akan dapat melihat langsung panorama wisata. Apalagi sebuah foto memiliki daya tarik lebih bagi para wisatawan. Mengingat sangat banyak tempat-tempat wisata yang eksotik di Indonesia. Jadi dengan mempromosikan ekowisata dengan green blog, selain mendukung penerapan konsep go green, kita juga sekaligus mengenalkan potensi wisata alam yang ada di Indonesia.


Mangrove: Panorama indah ekowisata mangrove yang terletak di Wonorejo, Jawa Timur. Dengan gambar yang indah, blog akan lebih mampu mengikat mata pembaca sembari memaparkan informasi seputar lingkungan.
          
Green Video/Movie

Sebuah video memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menyampaikan sebuah pesan atau membuat sesuatu menjadi tren. Sehingga tak mengherankan jika iklan produk di TV saat ini bukan berupa tulisan atau gambar, melainkan video singkat. Selain lebih menarik, penonton juga dapat lebih cepat menangkap pesan yang disampaikan meskipun hanya berdurasi kurang dari 30 detik. Jadi membuat pesan tentang lingkungan dengan video, tentu akan memiliki kelebihan tersendiri. Jika Norman Kamaru saja bisa membuat booming lagu Indianya dengan video, mengapa kita tidak ???

Belum lagi jika pesan tentang lingkungan dikampanyekan lewat sebuah film. Selain berdurasi lebih lama, pesan yang disampaikan pun dalam bentuk cerita. Sehingga pesan yang disampaikan akan melekat lebih dalam bagi siapa saja yang menontonnya. Apalagi Indonesia saat ini telah mampu memproduksi film berkelas seperti  The Raid yang menembus dinding Hollywood. Berarti kemampuan SDM perfilman kita memang tak perlu diragukan untuk menggarap film dengan genre baru, misalnya green movie.


        Itulah beberapa contoh teknologi yang dapat dilakukan untuk menggarap gagasandigitals go green. Dengan pemanfaatan teknologi digital, kita dapat membantu menanggulangi masalah lingkungan yang sedang mengancam Indonesia. Meskipun hanya dalam ranah ekoliterasi dengan ide sederhana. Namun dengan kekuatan teknologi digital seperti SMS, facebook, dan blog, ataupun video/film, konsep go green akan menyebar dengan pesat dan membawa titik balik yang sangat besar bagi Indonesia. Dengan digitals go green, kita dapat mengajak semua masyarakat bahu-membahu untuk membantu negara kita keluar dari ancaman permasalahan lingkungan. Ayo, bantu Indonesia kita bersama dengan  digitals go green !!!


sumber :

0 komentar: