Laporan Hasil Audit Sistem Informasi Suatu Institusi
AUDIT SISTEM INFORMASI BERBASIS KOMPUTER
Secara
umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002).
Suatu proses sistematik artinya suatu rangkaian langkah atau prosedur yang
logis, berangka dan terorganisasi. Proses sistematik ditujukan untuk memperoleh
bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha.
Yang
dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi adalah hasil
proses akuntansi. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap
hasil pengumpulan bukti dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa peraturan yang
ditetapkan oleh suatu badan legislatif, anggaran atau ukuran prestasi lain yang
telah ditetapkan oleh manajemen, prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
Penyampaian
hasil auditing sering disebut dengan atestasi dan dilakukan secara tertulis
dalam bentuk laporan audit kepada pemakai yang berkepentingan terhadap laporan
audit tersebut.
Meskipun
berbagai macam tipe audit dilaksanakan, sebagian besar audit menekankan pada
sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi dan pencatatan keuangan dan
pelaksanaan operasi organisasi yang efektif dan efisien.
1.
Sifat Audit Operasional Pemrosesan Data
Satu
tipe utama audit operasional meliputi pengauditan fungsi pemrosesan informasi.
Audit operasional pemrosesan data secara sistematis memperkirakan keefektifan
unit-unit dalam mencapai tujuan dan mengidentifikasikan kondisi yang dibutuhkan
untuk perbaikan. Pemrosesan data audit operasional mempunyai sifat yang luas
meliputi semua kegiatan departemen pemrosesan atau mungkin dihubungkan dengan
segmen khusus dalam kegiatan tersebut, tergantung pada tujuan manajemen.
2.
Audit Sistem Informasi
Secara
garis besar ialah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk
menentukan apakah suatu system aplikasi komputerisasi telah menetapkan dan
menerapkan system pengendalian intern yang memadai, semua aktiva dilindungi
dengan baik/tidak disalahgunakan serta terjaminnya integritas data, keandalan
serta efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan system informasi berbasis
computer.
Audit
system informasi dilakukan untuk dapat menilai:
a.
Apakah system komputerisasi suatu organisasi/perusahaan dapat mendukung
pengamanan asset
b.
Apakah system komputerisasi dapat mendukung pencapaian tujuan organisasi /
perusahaan
c.
Apakah system komputerisasi tersebut efektif,efisien dan data integrity
terjamin
Jadi
secara lebih jelas audit sistem informasi dapat digolongkan dalam tipe atau
jenis-jenis audit sebagai berikut:
1.Audit
laporan keuangan (Financial Statement Audit)
2.Audit
Operasional (Operational Audit)
2.1
audit terhadap aplikasi computer
a.
postimplementation audit (audit setelah implementasi)
b.
concurrent audit ( audit secara bersama-sama)
2.2
general audit (audit umum)
auditor
mengevaluasi kinerja unit fungsional atau fungsi system informasi (instalasi
computer) apakah telah dikelola dengan baik
tujuan
audit SI
tujuan
audit system informasi menurut Ron Weber (1999, p.11-13) dapat disimpulkan
secara garis besar terbagi empat tahap, yaitu:
1.
meningkatkan keamanan asset-aset perusahaan
2.
meningkatkan integritas data
3.
meningkatkan efektifitas system
4.
meningkatkan efisiensi sistem
3.
Software computer
Computer
Assisted Audit Techniques (CAATs) Dengan Linux dan Open Source Software (OSS).
Sebagian
besar aplikasi komputer yang digunakan sebagai alat pendukung aktifitas audit
yang banyak digunakan saat ini bersifat propietary dan berjalan pada platform
yang propietary pula tentu saja biaya yang harus dikeluarkan sangat tinggi. Hal
ini seringkali menjadi salah satu hambatan dalam penggunaan aplikasi komputer
untuk digunakan sebagai alat bantu dalam kegiatan audit. Keterbatasan dana pada
bagian audit internal dapat menjadi hambatan dalam penggunaan teknik audit
berbantuan komputer. Tidak ada salahnya jika selayaknya kita mengubah paradigma
dengan menggunakan Linux dan Open Source Software (OSS) sebagai alat bantu
audit internal dalam suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas audit
mereka.
4.
Proses Audit Operasional Pemrosesan Data
Tahap-tahap
yang dilaksanakan dalam audit progress : perencanaan audit, survei pendahuluan,
audit terinci dan pelaporan.
a.
Tahap Perencanaan Audit. Setiap audit menghendaki cakupan audit disesuaikan
dengan tujuan audit. Pentingnya cakupan audit adalah untuk memahami organisasi
dan departemen pemrosesan data yang akan diaudit.
b.
Survei Pendahuluan. Survei pendahuluan ini membantu auditor untuk
mengidentifikasikan problem area dan operasi ini penting untuk kesuksesan
pengauditan departemen pemrosesan data. Setelah survei pendahuluan, auditor
dapat menentukan tingkat kompleksitas audit operasional. Tahap pendahuluan
dalam audit operasional merupakan dasar untuk tahap pengujian audit terinci.
c.
Tahap audit Terinci. Kunci kegiatan untuk menguji dan mengevaluasi selama tahap
audit terinci meliputi: (1) Fungsi pengorganisasian pemrosesan informasi;(2)
Praktek dan kebijakan sumber daya manusia;(3) Pengoperasian komputer; (4)
Pertimbangan pengembangan dan implementasi sistem; (5) Penerapan sistem
pengoperasian. Kelima faktor ini penting dan perlu dipertimbangkan.
d.
Pelaporan. Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan dewan audit. Isi
laporan ini bervariasi sesuai dengan tujuan manajemen.
DAMPAK
KOMPUTERISASI PADA PROSEDUR AUDIT
Dampak
komputerisasi terhadap prosedur audit adalah sebagai berikut :
1.
Audit yang melibatkan sistem informasi akuntansi dipengaruhi oleh metode-metode
pemrosesan. Luasnya pemrosesan komputer yang digunakan dalam aplikasi
pengauditan yang signifikan, seperti halnya kompleksitas pemrosesan, mungkin
juga mempengaruhi sifat, waktu dan luasnya prosedur audit.
2.
Suatu sistem yang berbasis komputer tidak menyediakan suatu audit trails yang
kelihatan secara kasat mata.
3.
Sistem pemrosesan real time menyebabkan bertambahnya kesulitan dalam fungsi
pengauditan tanpa dokumen-dokumen sumber.
4.
Memungkinkan terjadinya overwrite atas pencatatan pada periode yang
bersangkutan.
5.
Peralatan hardware atau software komputer dapat dengan mudah dicuri dan diakses
oleh orang yang tidak berwenang.
6.
Paket-paket software komputer seringkali tidak mencukupi untuk diadakan
pengujian ataupun pengecekan secara terprogram.
7.
Jaringan komputer mentransmisikan data secara luas, sehingga sangat riskan
terhadap kerusakan dan akses data yang tidak diotorisasi.
Selama
kondisi-kondisi ini mempengaruhi struktur pengendalian internal, maka akan
berpengaruh juga terhadap proses audit.
PENDEKATAN
SIKLUS TRANSAKSI DALAM PENGAUDITAN
Berikut
ini dijelaskan secara terperinci tahap-tahap audit tersebut.
1.
PERENCANAAN AUDIT PENDAHULUAN
Tahap
pertama ini untuk menentukan kebutuhan audit serta menetapkan cakupan dan
tujuan audit. Langkah selanjutnya mencari informasi mengenai industri
perusahaan, meneliti kertas kerja tahun sebelumnya, mempersiapkan program
audit, memperoleh pemahaman mengenai bisnis perusahaan dan mempersiapkan
prosedur analitis. Prosedur analitis adalah tes untuk menguji hubungan antara
data keuangan dan non keuangan dan untuk menyelidiki ketidakkonsistenan yang
material.
2.
REVIEW PENDAHULUAN TERHADAP STRUKTUR PENGENDALIAN INTERNAL
Kegiatan
yang dilakukan adalah:
a.
Pemeriksaan, Dokumentasi, dan Penilaian Sistem Pengendalian Internal. Auditor
harus memahami terlebih dahulu mengenai sistem pengendalian internal
perusahaan. Dengan pemahaman tersebut, auditor dapat menilai kekuatan dan
kelemahan sistem pengendalian internal. Auditor sebaiknya menggunakan berbagai
teknik untuk mengumpulkan fakta, seperti memeriksa kembali catatan dan dokumen,
mengamati kegiatan, interview dengan personel inti dan memberikan kuisioner.
b.
Menilai dan Mengelompokkan Tingkat Resiko Pengendalian. Terdapat beberapa
langkah :
1.
Auditor melakukan penilaian pendahuluan berkaitan dengan keefektifan operasi
dalam struktur pengendalian internal dan pengendalian khusus yang diterapkan
dalam SAI harus diidentifikasi.
2.
Auditor harus membuat judgement (penilaian) agar pengendalian internal yang
diimplementasikan adalah pengendalian yang kritis dan mereka dapat bekerja
sesuai yang ditentukan oleh manajemen.
3.
Auditor harus menilai setiap kekuatan pengendalian internal, sehingga risiko
pengendalian dapat diperkirakan. Pada tingkat di mana risiko itu berada dalam
suatu kisaran yang dapat diterima, auditor mempersiapkan program audit yang
menunjukkan langkah pengujian kekuatan pengendalian yang terkait.
Resiko
pengendalian diartikan sebagai risiko yang menunjukkan pernyataan salah secara
material dalam asersi-asersi yang mengarah pada kesalahan yang signifikan dalam
laporan keuangan.
c.
Keefektifan Biaya dalam Pengujian Pengendalian. Pengujian terhadap risiko
pengendalian pendahuluan harus mempertimbangkan faktor biaya. Oleh karena itu
alternatif yang mungkin bisa dilakukan oleh seseorang dengan adanya audit lebih
memperluas prosedur pengujian substanstif.
3.
PENGUJIAN PENGENDALIAN DALAM AUDIT
Kegiatan
yang dilakukan dalam tahap ini adalah :
1.
Melakukan Pengujian Pengendalian. Pengujian pengendalian adalah pengumpulan
bukti-bukti yang berfungsi secara efektif dan konsisten.
2.
Mengevaluasi Pengujian Pengendalian yang diperoleh. Setelah memperoleh
hasil-hasil pengujian, auditor dapat mengevaluasi efektifitas operasional dari
sistem pengendalian internal. Bukti tersebut mendukung penemuan audit untuk
tiap-tiap siklus transaksi yang dievaluasi. Evaluasi yang dihasilkan ini
menunjukkan judgement auditor yang terbaik berkaitan dengan (a) memadainya
pengendalian yang diamati dan (b) kemampuan menemukan ketidakcukupan hasil
pengujian.
3.
Penilaian Akhir terhadap Risiko Pengendalian. Berdasarkan evaluasi di atas
auditor menilai tingkat risiko pengendalian tertentu untuk tiap-tiap kelompok
transaksi yang utama. Tingkat risiko pengendalian akhir memberikan dasar untuk
memperkirakan tingkat risiko yang terdeteksi yang akan datang, sifat, waktu,
serta luasnya prosedur pengujian substantif.
4.
Mengembangkan Program Audit Final. Program audit meliputi prosedur-prosedur
khusus yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan audit. Auditor menyatakan sifat
dan prosedur pengujian yang menunjukkan luas dan waktu dibutuhkan
4.
PENGUJIAN SUBSTANTIF
Langkah-langkahnya
adalah:
1.
Memilih dan Melaksanakan Pengujian Substanstif. Pengujian substantiv merupakan
bagian terbesar dari program audit.Tujuan dari pengujian substantiv dalam audit
keuangan adalah untuk memberikan asersi laporan keuangan yang valid yang dibuat
oleh manajemen. Tiga pengujian substantiv tersebut adalah: (1) melakukan
prosedur analitis final, (2) menguji rekening neraca, (3) menguji secara rinci
kelompok-kelompok transaksi. Jumlah pengujian substantiv didasarkan pada risiko
terdeteksi final untuk tiap-tiap golongan transaksi utama.
2.Mengevaluasi
Pengujian Substantif. Dalam evaluasi ini, hasil pengujian yang dapat diterima,
untuk meminimalisasi kemungkinan kesalahan-kesalahan yang material dan
pernyataan yang salah dalam asersi laporan keuangan. Hasil pengujian yang tidak
dapat diterima memerlukan penambahan sample dalam transaksi sebelum audit dapat
diselesaikan.
5.
PELAPORAN AUDIT
Tahap
final audit ini adalah untuk memberikan laporan audit berkaitan dengan
permasalahan yang ada di perusahaan.Langkah-langkahnya adalah:
-
Mencatat Laporan Audit.
-
Mencatat Kondisi-kondisi yang dapat dilaporkan. Auditor harus membuat catatan
atas kondisi-kondisi yang dilaporkan kepada dewan audit, mencakup
kecurangan-kecurangan yang signifikan dalam perancangan atau operasi dari
sistem pengendalian internal perusahaan.
TEKNIK
DAN PENDEKATAN PENGAUDITAN BERBASIS KOMPUTER
Teknik
yang spesifik hanya diaplikasikan untuk sistem informasi pemrosesan transaksi
secara otomatis.Teknik ini dapat digunakan untuk pengujian pengendalian atau
pengujian substantif. Namun begitu, sistem ini tidak bisa menggunakan sistem
flowchart, data flow diagram dan kuisioner dalam mereview struktur pengendalian
intern. Tiga teknik pengujian yang berbasis komputer, yaitu pengauditan sekitar
komputer, pengauditan melalui komputer, pengauditan dengan menggunakan
komputer. Auditor intern dan ekstern dapat menggunakan tiga teknik pendekatan
ini secara efektif.
1.
Pengauditan Sekitar Komputer
Pendekatan
pengauditan sekitar komputer (auditing around the computer) memperlakukan
komputer sebagai "kotak hitam". Pendekatan ini difokuskan pada input
dan outputnya. Asumsi yang mendasari pendekatan ini yaitu jika auditor dapat
menunjukkan output yang aktual adalah hasil yang benar yang diharapkan dari
sekumpulan input untuk sistem pemrosesan, maka pemrosesan komputer harus
difungsikan menggunakan cara yang andal.
Teknik
yang penting dalam pendekatan ini meliputi penelusuran dan pemilihan transaksi
dari dokuman sumber untuk meringkas transaksi dan catatan serta sebaliknya.
Pendekatan pengauditan sekitar komputer adalah non processing data method.
Auditor tidak menyiapkan simulated data transaction atau menggunakan file-file
auditee yang aktual untuk memprosesnya dengan program komputer auditee.
Pendekatan sekitar komputer akan tepat, jika kondisi berikut ini terpenuhi :
a.
Audit trail lengkap dan visible. Oleh karena itu dokumen sumber digunakan untuk
semua transaksi, jurnal-jurnal terinci dicetak dan referensi transaksi
dipindahkan dari jurnal ke buku besar dan laporan ringkas.
a.
Pemrosesan operasi yang secara relatif tidak rumit dan volumenya rendah.
b.
Dokumennya lengkap, seperti data flow diagram dan sistem flowchart, yang
tersedia bagi auditor.
2.
Pengauditan Melalui Komputer
Karena
pendekatan sekitar komputer tidak mencukupi, pendekatan alternatif dibutuhkan
untuk pengauditan berbasis komputer (auditing through the computer), yang
secara langsung difokuskan pada tahap pemrosesan dan edit check, serta
programmed check. Pendekatan ini disebut dengan pengauditan melalui komputer.
Asumsi dari pendekatan ini adalah jika program dikembangkan dengan menambah programmed
check, kesalahan (error) dan ketidakberesan akan dapat terdeteksi, sehingga
dapat dikatakan dapat dipercaya.
Pendekatan
pengauditan melalui komputer dapat diaplikasikan untuk semua sistem otomatisasi
pemrosesan yang kompleks. Bahkan jika biayanya efektif dan memungkinkan,
pendekatan sekitar komputer dan pengauditan melalui komputer dapat dikerjakan
untuk pekerjaan audit yang sama. Dengan mengerjakan secara bersamaan,
keuntungannya menjadi lebih besar dan tujuan audit dapat tercapai.
3.
Pengauditan Dengan Menggunakan Komputer
Pendekatan
ini menggunakan komputer (auditing with the computer) untuk tujuan pengerjaan
tahap-tahap program audit yang terinci. Pendekatan ini juga digunakan untuk
mengotomatisasi aspek tertentu dalam proses pengauditan. Komputer
ditransformasikan pada audit scene selama mereka dapat mengerjakan jumlah
fungsi audit, seperti pengujian pengendalian dan pengujian substantiv.
Auditor
dapat menggunakan paket-paket spreadsheet excel, untuk menciptakan spreadsheet
yang berisi laporan keuangan dari perusahaan yang diaudit. Pengembangan yang
lain adalah template, efek program dan format on screen dengan menggunakan
paket software spreadsheet. Template ini memungkinkan auditor untuk mengerjakan
tugas yang sebelumnya dikerjakan secara manual. Template didesain untuk
membantu menyiapkan neraca,memelihara pengulangan pemasukan jurnal,
mengevaluasi hasil sampel, penjadwalan dan mengelola waktu auditor dalam audit
lapangan, melaksanakan pengujian yang masuk akal terhadap pengeluaran serta
mengestimasi pengeluaran.
Pendekatan
pengauditan dengan komputer yang populer menggunakan software audit selama
pengujian substantif terhadap catatan dan file perusahaan. Software audit
secara umum terdiri dari kumpulan program rutin. Tipe software yang digunakan
yaitu generalized audit software (GAS) yang terdiri dari satu atau lebih
program rutin yang dapat diterapkan pada berbagai situasi dan berbagai tipe
organisasi.
AUDIT
OPERASIONAL DALAM DEPARTEMEN PEMROSESAN INFORMASI
Situasi
Yang Muncul Dalam Audit Operasional Pemrosesan Data
Dalam
hal pemrosesan data yang umumnya terjadi adalah:
-
Biayanya tinggi untuk penyediaan jasa komputer.
-
Bagian utama dari rencana perusahaan.
-
Usulan perolehan hardware yang utama atau meng-upgrade software.
-
Ketidakmampuan menerima pemrosesan data komputer secara eksekutif.
-
Kebutuhan pemrosesan data eksekutif yang baru untuk penilaian secara intensif.
-
Ketidakteraturan perputaran personil dalam departemen pemrosesan data.
-
Usulan untuk mengkonsolidasi atau mendistribusikan sumberdaya pemrosesan data.
-
Merupakan sistem utama yang tidak responsif terhadap kebutuhan atau sulit dalam
pemeliharaan.
-
Meningkatnya jumlah komplain user.
KESIMPULAN
Pengauditan ini menggunakan komputer (auditing with the
computer) untuk tujuan pengerjaan tahap-tahap program audit yang terinci.
Pendekatan ini juga digunakan untuk mengotomatisasi aspek tertentu dalam proses
pengauditan. Komputer ditransformasikan pada audit scene selama mereka dapat
mengerjakan jumlah fungsi audit, seperti pengujian pengendalian dan pengujian
substantiv. Auditor dapat menggunakan paket-paket spreadsheet excel, untuk
menciptakan spreadsheet yang berisi laporan keuangan dari perusahaan yang
diaudit. Pengembangan yang lain adalah template, efek program dan format on
screen dengan menggunakan paket software spreadsheet. Template ini memungkinkan
auditor untuk mengerjakan tugas yang sebelumnya dikerjakan secara manual.
Template didesain untuk membantu menyiapkan neraca,memelihara pengulangan
pemasukan jurnal, mengevaluasi hasil sampel, penjadwalan dan mengelola waktu
auditor dalam audit lapangan, melaksanakan pengujian yang masuk akal terhadap
pengeluaran serta mengestimasi pengeluaran.
Sumber:
0 komentar: